Kompleks Istana Kesultanan Bima, Bukti Kejayaan Kesultanan Bima di Timur Nusantara
Bima
merupakan sebuah wilayah di timur Pulau Sumbawa. Sebagai bagian dari
Nusa Tenggara, pada masa lalu Bima mendapat pengaruh dari aktivitas
pelayaran dan perdagangan pada masa lalu. Hal ini ditunjukkan dengan
keberadaan Kompleks Istana Kesultanan Bima. Kompleks ini merupakan jejak Kesultanan Bima, salah satu kesultanan yang
pernah berjaya di bagian timur Nusantara.
Museum Asi Mbojo (Istana Kesultanan Bima) (Sumber: Audina, 2022) |
Kompleks Istana Kesultanan Bima terletak di Jalan Sultan Ibrahim, Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam kompleks ini terdapat dua bangunan (istana) utama yang memiliki ciri khas masing-masing yaitu Asi Bou dan Asi Mbojo. Kedua istana ini merupakan kediaman para sultan dan keluarganya serta para pejabat dan pelayannya.
Asi Bou (Istana Baru)
Asi Bou merupakan
istana yang didirikan pada tahun ± 1781 M masa pemerintahan Sultan
Abdul Hamid (Djafar dalam Chambert-Loir dan Robson, 1993: 74). Sumber lain menyatakan bahwa istana ini pada abad 20 M. Tepatnya didirikan pada tahun 1904 M masa pemerintahan Sultan Ibrahim dan telah dipugar pada tahun 1988-1991 M (Haris, 2012: 44). Bahkan informasi lain menyatakan bahwa istana ini dibangun sebagai tempar peristirahatan sultan dan keluarganya sementara selama Asi Mbojo (Istana Bima) dalam perbaikan.
Asi Bou (Istana Baru) di Kompleks Istana Bima (Dok. Audina, 2022) |
Sebagai tempat tinggal keluarga raja, istana ini menggunakan arsitektur lokal. Bahan material bangunannya didominasi kayu seperti bangunan-bangunan lokal lainnya. Bangunan ini terdiri dari teras (beranda), ruang tamu, ruang istirahat, dapur, dan gudang.
Asi Mbojo
Asi Mbojo (Istana Bima)Asi Mbojo ini dibangun dalam kurun waktu 1927-1930 M. Arsitektur bangunan ini didesain oleh arsitek bernama M. Obzitecter Rehatta dari Ambon dan dibantu oleh Bumi Jaro (Haris 2006: 28; Ismail 2004: 169). Istana ini menjadi kediaman Sultan dan keluarganya dan tempat pertemuan dan perjamuan tamu dari luar Bima.
Pertemuan Menteri Informasi, Tahija, dan orang Bima di Asi Mbojo Tahun 1947 (Sumber: KITLV) |
Pada saat ini Asi Mbojo
digunakan sebagai museum yang dikenal dengan Museum Asi Mbojo. Museum ini memiliki berbagai koleksi di antaranya adalah koleksi-koleksi dari Kesultanan Bima seperti senjata, perlengkapan domestik kerajaan, mahkota, dan lain-lain. Selain koleksi, hal yang menarik dari istana ini adalah arsitekurnya yang masih dipertahankan. Sehingga para wisatawan yang mendatangi museum mendapatkan pengalaman istana pada masa lampau.
Museum Asi Mbojo (Dok. Audina, 2022) |
Berdasarkan data dokumentasi, secara keseluruhan fasad istana ini tampak sama antara masa kini dengan tahun 1949 M. Di depan bangunannya terdapat alun-alun (serasuba). Perbedaannya pada pagar bangunannya, kini menggunakan pagar besi yang mengelilingi kompleks istana.
Asi Mbojo (Istana Bima) pada tahun 1949 (Sumber: KITLV) |
Gerbang (Lawa Kala & Lare-Lare)
Salah satu komponen penting bagian dari Kompleks Istana Kesultanan Bima adalah gerbang. Gerbang ini berfungsi sebagai pintu akses kompleks istana. Gerbang ini terdiri dari dua yaitu gerbang di timur istana yang disebut Lawa Kala dan gerbang di barat istana adalah Lare-Lare. Kedua gerbang ini diketahui telah ada sejak tahun 1851 M pada saat E. Francis berkunjung ke Bima.
Lare-Lare menjadi gerbang utama yang berhadapan dengan Alun-Alun Serasuba. Bentuk gerbang ini adalah panggung. Bahan material gerbang ini didominasi oleh kayu. Di atas gerbang ini juga terdapat lonceng dan tambur yang dikenal tambur Rasanae yang digunakan untuk upacara dan tanda bahaya atau tanda waktu.
-
Referensi:
Chambert-Loir, Henri, and Rosemary Robson. 1993. “State, City, Commerce: The Case of Bima”. Indonesia 57(57):71–88. doi: 10.2307/3351242.
Chambert-Loir, Henri. 2004. "Kerajaan Bima Dalam Sastra dan Sejarah". Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Ecole francaise d’Extreme-Orient.
Haris, Tawalinuddin. 2006. “Kesultanan Bima Di Pulau Sumbawa.” Wacana 8(1):17–31.
Haris, Tawalinuddin. 2012. "Masuknya Islam dan Munculnya Bima sebagai Pusat Kekuasaan Islam di Kawasan Nusa Tenggara". Jurnal Lektur Keagamaan 10(1): 25-50.
Ismail, M. Hilir. 2004. Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Mataram: Lengge.