Jejak Pengaruh Gowa pada Kompleks Makam Para Sultan Bima: Makam Dana Traha, Makam Gili Panda, & Makam Sigi

Contents [Click here]


Bima merupakan daerah yang berada di bagian timur Pulau Sumbawa dan menjadi lokasi tumbuh dan berkembangnya sebuah kerajaan yaitu Kesultanan Bima. Kerajaan ini berdiri sekitar abad XVII-XX M. Hal ini ditengarai bersama dengan islamisasi yang dilakukan dari Makassar yaitu Kesultanan Gowa. Hubungan Gowa dengan Bima diketahui sangat dekat. Salah satu alasannya adalah Bima menjadi salah satu pemasok beras untuk Kesultanan Gowa pada abad XVII M untuk diperdagangkan dengan para pedagang (Rofiah 2017:81; Tajib 1995:191). Sementara pihak Kerajaan Bima membutuhkan bala bantuan dari Kesultanan Gowa dalam menuntaskan permasalahan internal kerajaan. Oleh karena itu, umum ditemukan jejak-jejak Kesultanan Gowa di Bima. Salah satu di antaranya adalah makam para Sultan Bima yang memiliki karakteristik serupa dengan makam Kerajaan Gowa. Karakteristik tersebut tampak pada gaya khas yang sangat mirip dengan makam-makam di Kompleks Makam Sultan Hasanuddin (Audina 2024:95).

Kompleks Makam Sultan Hasanuddin

Kompleks Makam Sultan Hasanuddin (Sumber: kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Kompleks Makam Sultan Hasanuddin merupakan tempat persemayaman para Raja-Raja Gowa termasuk masa pra Islam. Lokasi Kompleks Makam Sultan Hasanuddin berada di Jalan Pallantikang, Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kompleks ini berada di atas sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Tamalate.

Periode makam-makam di kompleks tersebut diketahui ada dalam kurun waktu pada abad XVI-XIX M (Duli et al. 2013:171–73). Pada waktu yang sama, periode tersebut merupakan periode perkembangan Kerajaan Bima (XIV-XVII M) hingga Kesultanan Bima (XVII-XX M). Hubungan antara Bima dengan Gowa pada masa lampau memperkuat indikasi bahwa kompleks makam para Sultan Bima berkaitan dengan Gowa.  Kompleks makam Sultan Bima ini di antaranya adalah Kompleks Makam Tolobali, Kompleks Makam Sigi, dan Kompleks Makam Dana Traha.

Kompleks Makam Dana Traha, Kompleks Makam Tolobali, dan Kompleks Makam Sigi di Kota Bima (Audina 2024:96)

Makam-Makam Para Sultan Bima

Secara umum, makam sultan-sultan Bima terbagi menjadi empat tipe berdasarkan bentuk dan atribut-atribut makamnya (Audina 2024:94). Namun, di antara keempat tipe tersebut hanya tiga tipe makam yang memiliki kesamaan dengan makam-makam di Kompleks Makam Sultan Hasanuddin. Berikut ini penjelasan ketiga tipe tersebut.

1)      Tipe pertama adalah makam bercungkup menyerupai punden berundak dengan nisan pada bagian kepala dan kaki di bagian atasnya yaitu makam tokoh agama di Kompleks Makam Dana Traha;

Kompleks Makam Dana Traha (Audina 2024:85)

2)      Tipe kedua adalah makam sultan dari abad XVII M dengan cungkup berbentuk kubah seperti di Kompleks Makam Tolobali; dan

Kompleks Makam Tolobali (Audina 2024:89)

3)      Tipe ketiga adalah makam sultan dari abad XVIII-XX M dengan nisan di bagian kepala dan kaki serta jirat yang berbentuk gunungan ditambah dengan ragam hias pada makam-makam Kompleks Makam Sigi.

Kompleks Makam Sigi (Audina 2024:93)

-

Referensi:

Audina, Izzal Faturrahmi. 2024. “Aktivitas Pelayaran Dan Perdagangan Bima Di Nusa Tenggara Barat Pada Abad XIV-XX Masehi.” Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Duli, Akin, Aisyah Rahman, Bambang Sulistyo EP, Mutmainnah, Raodah, Rosmawati, and Yulianto Sumalyo. 2013. Monumen Islam Di Sulawesi Selatan. edited by M. A. R. Effendy. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar.

Rofiah, Vivi. 2017. “Hubungan Kerajaan Gowa Dengan Kerajaan Bima Abad Ke-XVII.” Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Tajib, Abdullah. 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta: PT Harapan Masa (PGRI).